More
    HomeBeritaJubir Anies Ingatkan Program Food Estate Usai Warga Tanya Prabowo tentang Ekspor...

    Jubir Anies Ingatkan Program Food Estate Usai Warga Tanya Prabowo tentang Ekspor Singkong

    Cuplikan video jawaban calon presiden (capres) Prabowo Subianto dengan pertanyaan warga terkait solusi ekspor non-tambang dan regulasinya, viral di platform media sosial X. Momen itu terjadi dalam acara Diskusi Perwakilan Kiai Kampung Se-Indonesia yang digelar di Malang, Jawa Timur, pada Sabtu 18 November 2023.

    “Kalau tadi bapak paparkan jawabannya seperti nikel, biji besi dan segala macamnya. Kalau di Malang, nuwun sewu (mohon maaf), itu tidak ada. Yang ada ketela pohon (singkong) dan lain sebagainya. Itu bisa saja diekspor, tapi kami tidak tahu caranya dan bagaimana regulasinya” tanya salah seorang ibu peserta.

    Prabowo pun menjawab dengan menyebut soal kebutuhan sekolah, rumah sakit hingga aspal. Jawabannya pun melebar ke persoalan penerimaan uang atau pendapatan negara hingga impor gandum. Warganet pun ramai mempersoalkan jawaban Prabowo yang dinilai tidak fokus atau tidak “nyambung” pada substansi pertanyaan itu.

    Juru bicara Anies Baswedan, Surya Tjandra menilai ada yang aneh dengan jawaban Prabowo tersebut. Ia mengingatkan bahwa sebagai Menteri Pertahanan, seharusnya Prabowo ingat dengan program “food estate” atau lumbung pangan yang dijalankan Kementerian Pertahanan, yang salah satu komoditas andalannya adalah singkong.

    “Soal singkong bukankah Kemenhan punya tugas membangun “food estate” singkong, mengapa tidak menjawab ke situ? Apakah karena beliau sudah lupa dengan programnya sendiri, atau memang beliau sekadar tidak peduli saja?”, tanya Surya dalam keterangannya, Selasa (21/11/2023).

    Dibanding nikel, sambung mantan Wakil Menteri ATR/ BPN itu, singkong sebenarnya jauh lebih berkelanjutan. Ia menyayangkan jika hal itu justru dilupakan oleh Prabowo.

    “Masalahnya pilihan Pak Prabowo semuanya adalah pembangunan yang tidak akan berkelanjutan. Meski Indonesia memang punya cadangan nikel terbesar di dunia, ia akan habis dalam 7 tahun ke depan, setelah itu bagaimana? Ini belum dijelaskan olehnya dan barangkali jadi tidak “nyambung” dengan masyarakat Malang”, ungkapnya.

    berita