Ibarat hari raya, ini adalah lebarannya masyarakat Dayak Wehea. Semua warga yang merantau untuk kuliah atau kerja, seolah harus wajib pulang merayakan bersama keluarga. Pesta adat ini dilaksanakan setiap tahun selama sepekan. Biasanya dilaksanakan di Bulan Mei.
Segala kemeriahan akan menghiasi sudut Desa mengalahkan perayaan Idul Fitri maupun Natal. Anak-anak dan remaja memakai pakaian adat Terbaiknya. Berkeliling pampung manyapa para Tetua Adat.
“Sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen dan rejeki yang sudah didapatkan selama satu tahun. Jadi Lom Plai ini kita ungkapkan dalam bentuk kegembiraan bersama. Di dalamnya itu juga ada proses ritual adat yang berjalan. Untuk itu kami tetap mempertahankan agar menjadi tradisi bagi kami sebagai generasi penerus di Wehea ini,” kata Siang Geah, seorang warga Dayak Wehea.
Pada puncak Lom Plai di akhir pekan, kemeriahan pesta adat dimulai dari Sungai. Sungai adalah simbol kehidupan suku Dayak. Ada beragam upacara adat yang dimulai dari Sungai. Salah satu yang paling menarik adalah aksi perang-perangan di Sungai. Ini adalah simbol perlawanan warga adat terhadap pengganggu desa. Perang-perangan ini diiringi musik dan tari-tarian khas suku dayak wehea.
Saat perang-perangan di sungai berlangsung, kaum ibu suku dayak wehea akan berkeliling kampung melakukan ritual penyucian. Tujuannya untuk membuang kesialan dan kejahatan yang ada di dalam kampung.