More
    HomeBeritaMeningkatnya Kasus Bunuh Diri di Indonesia Menyebabkan Darurat Kesehatan Mental

    Meningkatnya Kasus Bunuh Diri di Indonesia Menyebabkan Darurat Kesehatan Mental

    Karena itu diperlukan peningkatan kemampuan untuk bangkit dan pulih untuk menghadapi hidup dengan berbagai tekanan, dengan berbagai tingkat stres yang ada di dalamnya. Kasus bunuh diri di Indonesia pada tahun 2023 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode Januari-Oktober 2023, Polri mencatat ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia. Angka tersebut melampaui data pada tahun 2022 yang tercatat sebanyak 900 kasus. Data kasus bunuh diri kemungkinan besar jauh lebih tinggi dibandingkan data resmi. Veronica menyebut aksi percobaan bunuh diri biasanya tidak langsung tiba-tiba. Namun terdapat sejumlah gejala yang dialami oleh orang tersebut. Sebab rasa kerentanan dimulai dari rasa putus asa, tak berdaya, tidak punya kendali hingga tidak memiliki kontrol. “Dan kayaknya tidak ada jalan keluar lain, “Aku menyerah, aku capek dengan hidup ini.” Itu adalah awalnya rasa itu muncul, dari situ kemudian muncullah, “Kalau gitu apa aku udahin aja?” Nah itu kita sebutnya adalah suicidal thought,” ujar dia. Setelah hal itu muncul biasanya akan ada pikiran lanjutannya atau fase suicidal attempt. Di mana seseorang sudah ada upaya untuk melakukan buruh diri dengan berbagai cara. “Nah eksekusinya di kapan ini yang kadang dadakan. Yang kadang itu seperti pencuri di malam hari. Ibaratnya kayak gitu. Jadi tiba-tiba dorongan itu muncul,” imbuh Veronica. Lingkungan berperan penting dalam pencegahan seseorang untuk melakukan aksi bunuh diri. Perilaku bunuh diri umumnya disertai dengan berbagai tanda. Bahkan tanda tesebut sebenarnya tidak timbul secara tiba-tiba. Karena itu masyarakat diminta untuk lebih peka dengan berbagai tanda ataupun perubahan seseorang sekitarnya. Apa Tanda-tanda Peringatan Orang Ingin Bunuh Diri? Tanda peringatan bunuh diri berdasarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pertama yaitu membicarakan tentang bunuh diri, menyakiti diri, dan kematian. Kemudian membenci dan menghujat diri sendiri seperti merasa putus asa dan terjebak satu masalah. Mencari cara mematikan untuk bunuh. Menarik diri dari keluarga, teman, atau sahabat. Lalu, bertindak merusak diri sendiri misalnya melukai tubuh, konsumsi alkohol berlebih, overdosis obat-obatan. Perubahan fisik dan suasana hati yang drastis, contohnya mudah marah tak terkendali, tidur lebih lama dari biasanya atau punya masalah hidup. Mengatur segala hal untuk ditinggalkan atau memberikan barang pribadi kepada orang lain. Mengucapkan perpisahan atau selamat tinggal kepada orang-orang seolah tak bertemu lagi. Veronica mengimbau agar orang-orang sekitar atau terdekatnya dapat memberikan rasa empati dan tanpa menghakimi. Atau lebih peka pada perubahan orang-orang terdekat. “Karena itu memang perlu kita untuk teman-teman, untuk kerabat-keluarga yang memang tahu ada indikasi ini kok murung terus, kok tadinya suka melakukan berbagai hal sekarang enggak, kok jadinya lebih banyak menyendiri. Kalau sudah tahu gejala-gejala ini, atau pun yang mengalami tahu tadi ada, carilah segera pertolongan. Ini penting. Jangan tunggu sampai telat,” ujar Veronica. Menurut dia, kepedulian orang sekitar hingga masyarakat akan aksi percobaan bunuh diri dapat membantu sebagai langkah awal pencegahan. Selanjutnya untuk masyarakat dapat mengajak bicara atau ngobrol kepada yang bersangkutan. “Kemudian kedua, kalau kita kenal keluarganya, cobalah kasih tahu ke keluarganya. Agar keluarganya jadi lebih aware lagi bahwa ini adalah hal serius. Selain itu, kalau memang kita tahu anak ini bisa direferlah ke profesional psikolog, psikiater, kasih tahu,” sambungnya. Veronica juga mendorong hotline center pencegahan bunuh diri di Indonesia dapat diaktifkan 24 jam. Sebab saat kondisi putus asa bahkan depresi hal yang paling mudah dilakukan yaitu menelepon seseorang. “Enggak akan keluar untuk nyari atau ketemu psikolog ah, aku ke rumah sakit, enggak akan. Enggak ada daya, enggak ada semangat untuk itu. Yang paling mudah ya sudah, handphone yang paling gampang. Maka dihidupkan kembali hotline center ini gitu,” tegas dia. Veronica menyebut tingginya angka kasus bunuh diri di Indonesia merupakan tanda adanya kedaruratan kesehatan mental di masyarakat. Apalagi beberapa bulan terakhir pemberitaan terkait kasus bunuh diri di masyarakat cukup sering. “Darurat-lah (kesehatan mental), kita bisa lihat kemarin itu dalam sebulan terakhir itu berapa kali itu, kasus saya dengar. Jangan tunggu sampai naik lagi dong. Langsung aja tindak dengan jelas, dengan tegas, juga kita bisa melakukan apa nih. Harus turunkan-lah langsung mandatnya apa untuk kita sama-sama menyikapi ini,” Veronica menandaskan.

    berita