Fahri Hamzah, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran dan Wakil Ketua Umum Partai Gelora, mempertanyakan kemungkinan bergabungnya kubu Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang saat ini sedang santer diperbincangkan. Fahri mengutarakan keraguan tersebut dengan merujuk pada sejarah hubungan partai politik yang mendukung keduanya yang berada pada spektrum yang berlawanan.
Dalam pernyataannya kepada wartawan, Fahri menegaskan bahwa PDIP dan PKS telah secara konsisten menunjukkan perbedaan pandangan dan bahwa keduanya tidak akan pernah berkoalisi dalam bentuk apapun. Fahri juga menyebut kedua partai tersebut merupakan kutub ekstrem dari polarisasi politik di Indonesia.
Fahri mengatakan bahwa pemilih dari PDIP dan PKS berada pada spektrum yang berlawanan, dengan pemilih PKS cenderung berada di sisi kanan dan pemilih PDIP cenderung berada di sisi kiri. Fahri juga menekankan bahwa kedua partai ini mendorong munculnya paslon yang ada saat ini, dengan kelompok kanan mendukung Anies Baswedan dan kelompok kiri mendukung Ganjar Pranowo.
Menurut Fahri, hubungan antara PDIP dan PKS mewakili perbedaan ideologis yang sangat tajam sehingga sangat tidak mungkin untuk disatukan. Fahri juga menyatakan bahwa jika partai pendukung Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo benar-benar bergabung, hal tersebut tidak didasari oleh kepentingan nasional, melainkan oleh amarah karena dukungan masyarakat yang terus menurun.
Fahri meyakini bahwa terus menurunnya elektabilitas kedua kubu tersebut menandai akhir dari politik identitas yang tidak rasional dan hanya didasari oleh emosi sesaat. Fahri menyimpulkan bahwa potensi koalisi antara PKS dan PDIP adalah pertanda dari berakhirnya politik identitas yang tidak rasional dan didasari oleh emosi dan kepentingan sesaat. Friedrich pun menekankan bahwa hal tersebut secara teoritis tidak mungkin terjadi. (SENOPATI)