Liputan6.com, Jakarta Perusahaan farmasi raksasa, Moderna, mengungkapkan bahwa teknologi mRNA yang digunakan untuk membuat vaksin COVID-19 juga punya harapan dalam melawan kanker kulit melanoma.
Baru-baru ini Moderna mepresentasikan hasil terbaru dari penelitian yang melibatkan 157 orang dengan kanker kulit melanoma stadium lanjut pada pertemuan tahunan American Society of Clinical Oncology di Chicago, Amerika Serikat.
Dalam studi tersebut, Moderna dan Merck menggabungkan pengobatan kanker –berupa vaksin dan pembrolizumab–untuk mencapai hasil yang berpotensi mengubah hidup pasien melanoma.
Penelitian sudah masuk studi fase 2 terhadap pasien melanoma stadium 3 dan stadium 4 yang dirawat setelah operasi untuk mengangkat sebagian besar tumor.
Dua per tiga partisipan menerima dosis bulanan vaksin kanker Moderna selama sembilan bulan bersamaan dengan perawatan pembrolizumab setiap tiga minggu selama setahun. Sepertiga sisanya menerima pembrolizumab saja.
Risiko Meninggal Lebih Rendah
Setelah sekitar tiga tahun, mereka yang menerima kedua pengobatan tersebut memiliki risiko 49% lebih rendah terhadap kekambuhan atau kematian kanker kulit.
Lalu, risiko penyebaran kanker 62% lebih rendah dibandingkan dengan orang yang hanya mendapat pembrolizumab. Secara keseluruhan, 75% pasien yang memakai kedua terapi tersebut bertahan hidup tanpa kekambuhan dalam 2,5 tahun, dibandingkan dengan 56% pasien yang menggunakan pembrolizumab.
“Di seluruh ukuran kemanjuran, kami mulai melihat respons yang signifikan dan tahan lama,” kata Dr. Stephen Hoge yang merupakan Presiden Moderna.
“Ini adalah dampak dramatis pada melanoma,” katanya lagi mengutip Time, Selasa, 4 Juni 2024.