Liputan6.com, Jakarta Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip) Yan Wisnu Prajoko tak memungkiri adanya praktik bullying atau perundungan di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
“Kami menyadari sepenuhnya, kami menyampaikan, dan kami mengakui bahwa di dalam sistem pendidikan dokter spesialis, di internal kami terjadi praktik-praktik atau kasus perundungan dalam berbagai bentuk, derajat, dalam berbagai hal,” ujar Yan dalam konferensi pers di FK Undip, Semarang, Jumat (13/9/2024).
Pernyataan tersebut mendapat tanggapan dari Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Azhar Jaya. Dia berfokus untuk menunggu hasil keputusan pihak kepolisian dalam kasus kematian mahasiswi PPDS Anestesi FK Undip Aulia Risma Lestari.
“Untuk kasus anestesi ini biarlah Polisi yang memutuskan. Tapi kami hargai sikap FK Undip sebagai upaya untuk memperbaiki sistem,” kata Azhar dalam keterangan tertulis, Jumat (13/9/2024).
Fokus Mencegah Perundungan
Azhar Jaya menambahkan, sebaiknya berbagai pihak kini fokus pada langkah pencegahan dan perbaikan pendidikan kedokteran untuk ke depannya.
“Sebenarnya lebih baik kita fokus pada langkah pencegahan dan perbaikan ke depannya baik dari sisi sistem pendidikan di FK maupun sistem kerja di RS kami.”
Menurut Azhar, langkah-langkah nyata di lapangan harus implementatif, bukan sekadar teori atau ucapan belaka.
“Seperti, senior di prodi lain yang ada di laporan kami diselidiki dan diberi hukuman pembinaan tambah masa studi, tidak boleh stase di RS dan lain-lain,” sarannya.