Kondisi itulah yang membuat Tanoto Foundation, lembaga filantropi independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada 1981, bersama Bappenas dan UNDP membentuk SDG AI yang berfokus dalam menciptakan pemimpin-pemimpin masa depan yang memiliki integritas tinggi serta komitmen yang kuat untuk mempercepat pencapaian target TPB/SDGs di Indonesia.
Michael menjelaskan, SDG AI menargetkan keterlibatan semua pemangku kepentingan SDGs, yakni pemerintah, akademisi, swasta, filantropi, organisasi masyarakat, dan media.
Saat SAC 2024, Michael pun mengajak untuk berfokus pada salah satu bidang SDGs, yakni bidang prioritas ke-11, penciptaan kota dan komunitas berkelanjutan. Di bidang ini, banyak unsur yang harus diwujudkan di antaranya perumahan yang aman dan terjangkau, sistem transportasi publik yang baik, hingga penyediaan ruang publik yang inklusif.
Di bidang-bidang tersebut, banyak persoalan yang sebenarnya dapat diatasi melalui pendekatan SDGs dan green economy namun belum menemukan solusi. Contohnya, baru 56% warga yang mempunyai akses ke transportasi publik atau 90% sampah berasal dari rumah tangga yang belum dikelola dengan baik.
“Jika lulusan perguruan tinggi mempunyai perspektif SDGs, mereka akan membuat solusi-solusi di bidang tersebut sehingga banyak SDGs terpenuhi” kata Michael.
Ia menjelaskan, pendekatan pendidikan berkelanjutan tengah dikembangkan di sejumlah perguruan tinggi dan menargetkan perubahan perilaku, sikap, dan kompetensi lulusannya sesuai prinsip SDGs.
Penerapannya pun tak berhenti sebatas pada aspek fisik, seperti pendirian bangunan hijau atau penggunaan energi baru terbarukan.Pendidikan berkelanjutan juga perlu masuk di kurikulum akademik dan pembelajaran langsung di lapangan untuk mencari solusi-solusi atas berbagai persoalan nyata.
“Mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tapi juga ada learning experience, belajar secara multidisipliner, dilengkapi berbagai keahlian yang relevan,” katanya.
Contohnya adalah kolaborasi Tanoto Foundation dengan UNESCO yang sejak 2023 memfasilitasi sekitar 400 mahasiswa untuk mempelajari berbagai tantangan masyarakat dan melakukan penelitian untuk merancang solusinya.
“Melalui pendidikan, kita kembangkan skill SDGs yang selama ini belum mumpuni. Ke depan, kita perlu membangun talenta-talenta pembangunan berkelanjutan untuk masa depan,” tandas Michael.
SAC 2024 bertujuan untuk mengumpulkan pemangku kepentingan yang terlibat dalam pencapaian SDGs Indonesia dan mendiseminasikan capaian SDGs untuk memastikan pembangunan inklusif dan akuntabel.
SAC 2024 ini diharapkan dapat mengantarkan Indonesia menuju kemajuan berkelanjutan melalui berbagai festival, konferensi, dan pameran, seperti SDGs Festival: Fun Bike & Fun Run, SDGs for Women and Children, serta seminar Implementasi Pendanaan.