Bicara soal standarisasi menu makanan, ini sangat diperlukan untuk menjamin kesetaraan kualitas dan gizi makanan yang diberikan pada anak.
“Tapi tentu dalam konteks Indonesia ini harus fleksibel, supaya bisa sesuai atau bahkan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Termasuk ketersediaan bahan pangan lokal dan preferensi budaya.”
Anak-anak yang menjadi sasaran MBG, lanjut Dicky, berada dalam usia yang berbeda. Maka, kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineralnya pun berbeda.
“Tentu menunya harus dirancang oleh ahli gizi untuk memastikan kebutuhan tersebut terpenuhi. Jadi, penyusunan menunya intinya harus berbasis usia dan kebutuhan gizi,” kata Dicky.
Hal yang tak kalah penting adalah pemantauan oleh pemerintah untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan di lapangan.
“Karena ini bukan program sesaat, konsistensi dan keberlanjutan dari program MBG ini perlu menjadi acuan,” pungkasnya.