Liputan6.com, Jakarta Kemandirian obat di suatu negara bukan hanya merujuk pada kemampuan dalam menyediakan obat-obatan, tapi bagaimana obat tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat.
“Ketahanan kemandirian obat, bukan hanya kita bisa menyediakan obat itu, tetapi bagaimana obatnya dapat berkhasiat/bermanfaat bagi masyarakat,” kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar mengutip keterangan di laman BPOM, Senin (3/3/2025).
Dia menambahkan, terdapat empat kunci yang bisa membawa Indonesia pada kemandirian obat.
“Dua kunci pertama adalah memperkuat research and development serta mendorong inovasi untuk memenuhi kebutuhan nasional. Kunci ketiga terkait dengan kerja sama lintas negara. Dan yang terakhir, kunci research and development itu adalah kampus,” jelas Taruna saat memberi materi dalam Kuliah Pakar Program Studi Farmasi Program Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPN Veteran Jakarta), Selasa (25/2/2025).
“Saat kampus punya peran dan sebaiknya bekerja sama juga dengan BPOM,” tuturnya.
Pentingnya kerja sama penelitian dan pengembangan di bidang obat, termasuk obat herbal, menjadi fokus Kepala BPOM.
Obat herbal atau obat dari bahan alam dapat menjadi komplemen, pelengkap, dan/atau supporting untuk memenuhi kebutuhan nasional terhadap obat-obatan.
Taruna Ikrar menyebutkan, obat bahan alam memiliki khasiat yang bahkan telah dimanfaatkan sejak dulu. Menurut data BPOM, terdapat lebih dari 15.000 item produk obat bahan alam yang terdaftar sebagai jamu, 77 obat herbal terstandar, dan 20 fitofarmaka. Sementara, masih banyak tanaman obat yang belum diteliti.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu kondisi yang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Namun, penderita bisa mengontrol tekanan darah melalui gaya hidup, pengobatan medis, atau mengonsumsi obat darah tinggi.