More
    HomeKesehatanSungkem, Tradisi Lebaran yang Sarat Makna di Balik Permintaan Maaf

    Sungkem, Tradisi Lebaran yang Sarat Makna di Balik Permintaan Maaf

    Liputan6.com, Jakarta Tradisi Lebaran di Indonesia khususnya Jawa adalah sungkeman. Sungkem, berarti membungkuk hormat, dipadukan dengan nilai keagamaan Islam, yaitu saling meminta maaf (nyuwun ngapura) dan memohon doa restu.

    Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun, mempererat silaturahmi keluarga dan mengajarkan nilai-nilai luhur.

    Sungkeman lebih dari sekadar membungkuk dan meminta maaf. Gerakan sungkem melambangkan kerendahan hati dan rasa hormat yang mendalam. Anak-anak menunjukkan bakti kepada orang tua, memohon ampun atas segala kesalahan, dan memohon doa restu untuk masa depan. Hal ini memperkuat ikatan keluarga dan menanamkan nilai-nilai moral yang penting.

    Tradisi ini juga mengajarkan pentingnya menghargai orang yang lebih tua dan bijak. Anak-anak atau orang yang lebih muda belajar untuk rendah hati dan mengakui kesalahan mereka. Sungkeman menjadi momen refleksi diri dan kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga.

    Asal-Usul Tradisi Sungkeman

    Tradisi sungkeman dipercaya telah ada sejak masa Mangkunegara I pada abad ke-18. Beliau memperkenalkan tradisi ini sebagai cara efisien untuk meminta maaf secara bersamaan kepada raja dan permaisuri setelah sholat Idul Fitri. Praktik ini kemudian diadopsi oleh organisasi-organisasi Islam dan menyebar luas di masyarakat.

    Meskipun awalnya mungkin bermula di lingkungan Keraton, sungkeman kini menjadi tradisi yang dipraktikkan di seluruh lapisan masyarakat terutama di Jawa dan keturunannya. 

     

    Source link

    berita