Liputan6.com, Jakarta – Bayangkan jika setiap pengobatan dapat disesuaikan dengan karakter genetik individu, bukan sekadar gejala yang dialami. Pengobatan jadi lebih personal, sesuai kondisi tiap-tiap individu yang diciptakan unik. Demikianlah masa depan layanan kesehatan yang tengah dibangun melalui pendekatan pengobatan presisi berbasis genomik dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) — sebuah terobosan yang kini semakin dekat untuk diwujudkan di Indonesia.
Upaya besar menuju masa depan ini tercermin dalam penyelenggaraan Illumina Genomics Summit Indonesia, yang digelar pada Kamis (24/4) oleh Illumina Inc bekerja sama dengan Pandu Biosains. Pertemuan berskala nasional ini menghadirkan lebih dari 300 peserta yang terdiri dari ahli genomik, tenaga medis, peneliti, akademisi, dan pejabat pemerintah, termasuk perwakilan dari Kementerian Kesehatan RI.
Pertemuan ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk membangun ekosistem genomik nasional yang solid. Dalam sambutannya, Indri Rooslamiati, M.Sc, Apt, Kepala Balai Besar Biomedis dan Genomika Kesehatan (BB Binomika) dan INA-CRC, menyampaikan bahwa kolaborasi strategis dengan mitra teknologi seperti Illumina dan Pandu Biosains sangat penting untuk memperkuat infrastruktur sekuensing di Indonesia.
“Melalui kolaborasi dengan penyedia teknologi dan mitra, seperti Illumina dan Pandu Biosains, kami dapat mengambil langkah krusial dalam meningkatkan infrastruktur sekuensing di Indonesia, memperkuat pengawasan genom, dan mendekatkan integrasi genomik ke dalam sistem kesehatan Indonesia,” ujarnya.
Genomik sendiri adalah ilmu yang mempelajari seluruh informasi genetik dalam tubuh manusia. Dengan teknologi seperti next-generation sequencing (NGS), para ahli dapat memahami penyebab penyakit secara lebih mendalam, bahkan sebelum gejalanya muncul. Teknologi ini sangat potensial untuk pengobatan kanker, penyakit genetik, infeksi, hingga masalah kesehatan reproduksi.