Liputan6.com, Jakarta Hari Gastronomi Berkelanjutan jatuh setiap 18 Juni. Ini adalah momen tepat untuk mengurangi sampah makanan alias food waste.
Sekretaris Umum Indonesian Gastronomy Community (IGC), dr. Ray Wagiu Basrowi mengatakan bahwa mengurangi limbah makanan perlu dimulai dari piring sendiri.
“Kami percaya, gastronomi bukan hanya sampai pada menghidangkan makanan di atas meja. Tapi what’s next, bagaimana mengurangi limbah makanan, mulai dari piring sendiri,” kata Ray dalam peringatan Hari Gastronomi Berkelanjutan di Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Lantas, mengapa mengurangi limbah makanan perlu dimulai dari piring sendiri?
Terkait hal ini, peneliti sekaligus dokter komunitas itu menjelaskan bahwa “Piring kita penyumbang terbesar sisa dan limbah makanan.”
United Nations Environment Programme (UNEP) Food Waste Index 2024 menunjukkan, 61 persen dari 931 juta ton makanan yang terbuang secara global pada tahun 2019 berasal dari rumah tangga.
Sekitar 23-48 juta ton makanan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) setiap tahunnya.
Bila dilakukan intervensi di rumah tangga dengan mengurangi 50 gram/hari, maka dampaknya akan besar. Yakni, sekitar 470 ribu ton makanan terselamatkan, setara dengan pangan untuk 2 juta orang miskin per tahun.
Indonesia sendiri menjadi “juara” dua di Asia dengan sumbangan limbah makanan tertinggi.
“Dalam setahun, sisa makanan rumah tangga itu bisa hampir setengah tinggi Monas. Maka dalam dua kita membangun satu tugu Monas, tapi dalam bentuk sampah makanan,” jelas Ray.
Â
Banyak bisnis boga di AS setiap malam menjual kelebihan makanan yang tidak terjual ke tempat sampah. Kini ada aplikasi ponsel yang membantu toko menjual kelebihan makanan mereka ke pelanggan yang membutuhkan dengan harga diskon. Berikut laporan Helmi…