HomeKesehatanWaspada, Kanker Sekunder Usai Radioterapi Berpotensi Muncul pada 5 hingga 15 Persen...

Waspada, Kanker Sekunder Usai Radioterapi Berpotensi Muncul pada 5 hingga 15 Persen Penyintas

Liputan6.com, Jakarta – Sebanyak 5-15 persen penyintas kanker yang sudah menjalani radioterapi berpotensi mengalami kanker sekunder alias kanker primer kedua.

Hal ini diungkap Komite Ilmiah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) bidang Efek Radiasi Atom (United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation/UNSCEAR) dalam upaya meningkatkan pemahaman global tentang dampak radiasi terhadap kesehatan. 

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Teknologi Keselamatan, Metrologi, dan Mutu Nuklir (PRTKMMN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nur Rahmah Hidayati, menyampaikan, laporan ini memberikan informasi lengkap mengenai risiko kanker sekunder pada penyintas kanker. Sekaligus menegaskan pentingnya pemantauan jangka panjang pada pasien pascaterapi, serta strategi pengobatan yang dipersonalisasi dalam terapi radioterapi.

“Berdasarkan analisis terhadap berbagai literatur relevan yang dijadikan referensi penyusunan laporan ini, UNSCEAR mengidentifikasi bahwa antara 5 hingga 15 persen penyintas kanker memiliki potensi mengalami kanker primer kedua,” kata Nur Rahmah, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/6/2025).

Meski begitu, lanjut Nur Rahmah, analisis data UNSCEAR juga mengungkap bahwa kanker sekunder yang secara langsung disebabkan oleh radioterapi hanya merupakan sebagian kecil dari total kasus. Dalam beberapa jenis tumor tertentu, seperti sarkoma yang muncul di area dengan dosis radiasi tinggi, radiasi dapat menjadi penyebab utama dengan probabilitas tinggi.

Untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai risiko kanker sekunder setelah radioterapi, UNSCEAR telah melakukan pencarian literatur yang luas dan meta-analisis terhadap berbagai jenis jaringan. Termasuk jaringan hematopoietik, jaringan ikat, payudara wanita, paru-paru, organ gastrointestinal, tiroid, dan otak.

 

Para peneliti universitas di negara bagian Maryland, Amerika Serikat, menggunakan kecerdasan buatan untuk mendiagnosa dan mengobati kondisi medis yang serius dengan lebih baik. Seperti apa teknologinya? Simak laporan VOA berikut ini.

Source link

berita

spot_img