Upaya mendesak perlu dilakukan melihat fakta bahwa nyamuk telah kebal terhadap obat utama.
Dikutip dari BBC, para peneliti telah menganalisis DNA yang terkandung dalam parasit malaria, dengan tujuan mencari titik lemah parasit malaria ketika berada dalam tubuh nyamuk.Â
Para peneliti telah menyeleksi banyak obat dan mempersempitnya menjadi 22 jenit obat. Obat-obat ini kemudian diuji pada nyamuk betina yang diberi makan darah yang terinfeksi parasit malaria.Â
Melalui artikel mereka yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, para ilmuwan menemukan dua jenis obat yang efektif membunuh parasit malaria dengan persentase keberhasilan 100 persen. Obat ini telah diuji dengan bahan yang mirip dengan kelambu tidur.Â
Obat anti-malaria ini telah terbukti efektivitasnya melalui uji laboratorium. Menurut Probst, kecil kemungkinannya bagi parasit malaria bisa lolos dari perangkap obat ini.
Obat ini juga dapat bertahan di kelambu selama satu tahun dan berpotensi menjadi alternatif yang lebih murah dan tahan lama dibandingkan dengan insektisida, menurut para peneliti.Â
“Bahkan, jika nyamuk itu tetap hidup setelah menyentuh kelambu, parasit di dalam tubuhnya tetap mati, jadi dia tidak akan menularkan malaria,” kata Probst.
“Saya pikir ini adalah pendekatan yang sangat menarik, karena ini benar-benar cara baru untuk menarget nyamuk secara langsung,” lanjutnya.
Tahap selanjutnya untuk melihat efektivitas nyata obat anti-malaria ini adalah pengujian di Ethiopia. Dibutuhkan setidaknya 6 tahun waktu untuk menyelesaikan penelitian dan melihat apakah pendekatan ini akan benar-benar berhasil.
Harapan dari penelitian ini adalah, di masa depan kelambu akan memiliki proteksi ganda untuk menghentikan penyebaran parasit ini, yaitu dengan pemberian obat anti-malaria yang sedang dalam proses penelitian dan insektisida.
Dengan begitu, apabila salah satu pencegahan tidak berhasil, masih ada satu obat lain yang bisa melindungi.Â
Â
Â