Dalam pidatonya, Dadan mengenang awal berdirinya BGN yang penuh tantangan. Saat dilantik pada 19 Agustus 2024, BGN belum memiliki pegawai maupun infrastruktur.
“Saya dilantik sendirian, tanpa protokol, karena saat itu belum ada pegawai satu pun di Badan Gizi Nasional,” ujarnya.
Namun, dalam setahun, BGN berkembang pesat dengan hampir 500 pegawai pusat, 33 ribu calon kepala SPPG, serta ratusan ribu relawan di lapangan. Keberadaan 5.905 SPPG yang tersebar di seluruh provinsi menjadi bukti percepatan pembangunan infrastruktur gizi nasional.
“Perkembangan cepat ini menunjukkan komitmen pemerintah menempatkan gizi sebagai pondasi pembangunan bangsa,” tambah Dadan.
Selain berdampak pada kesehatan, program makan bergizi gratis juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Setiap SPPG bekerja sama rata-rata dengan 15 pemasok pangan, mulai dari beras, telur, ayam, sayur, buah, hingga susu.
“Satu SPPG bisa membutuhkan 200 kilogram beras, 3.000 telur, dan ratusan kilogram sayur serta buah setiap hari,” kata Dadan.
Dampaknya, ribuan petani, peternak, dan pelaku usaha kecil ikut merasakan manfaat. Bahkan, banyak restoran dan katering beralih fungsi menjadi SPPG untuk melayani ribuan anak sekolah dan posyandu setiap hari.