Liputan6.com, Jakarta Kemenyan yang kerap dianggap mistis dapat dimanfaatkan untuk terapi fobia.
Di tangan mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad), kemenyan disulap menjadi aromaterapi kemudian dipadukan dengan teknologi virtual reality (VR) untuk meredam fobia.
Perpaduan teknologi modern dan kearifan lokal ini dinamai “Incensory”. Sebuah produk yang menawarkan pengalaman terapi multisensori untuk membantu pengidap fobia menghadapi ketakutannya dalam lingkungan yang aman, terkendali, sekaligus menenangkan.
Tim kreatif multidisiplin ini terdiri dari:
- Jeremia Luis Fernando Silitonga (Bisnis Internasional)
- Farhan Ardia Nashwan (Kedokteran)
- Salma Salamah (Ilmu Peternakan)
- Nadia Ratu Aini Alamsyah (Akuntansi)
- Haris Herdiansyah (Teknik Informatika).
Di bawah bimbingan dosen Vira Kusuma Dewi, M.Sc., Ph.D., inovasi ini lahir melalui Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) dan berhasil mendapatkan pendanaan dari Kemendikti Saintek RI.
“Untuk sebagian orang, rasa takut bukanlah sekadar hal sepele, tapi bisa benar-benar mengganggu keseharian,” mengutip laman Unpad.ac.id, Sabtu (6/9/2025).
Data dari American Psychiatric Association (2013) menunjukkan bahwa fobia spesifik bisa meningkatkan risiko gangguan serius, bahkan sampai menyebabkan kecenderungan bunuh diri hingga 60 persen.
Dari hasil survei tim mahasiswa Unpad, tercatat 81,1 persen responden mengaku mengalami gejala fobia yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka ini jelas menunjukkan kebutuhan akan terapi yang lebih ramah, aman, dan bisa diakses dengan mudah.
Wanita asal Inggris, Sue York menjadi orang pertama di dunia yang menjalani transplantasi pankreas. Transplantasi ini dilakukan karena ia fobia pada jarum suntik.