:strip_icc()/kly-media-production/medias/5397059/original/045996100_1761799369-Edy.jpg)
Dalam tradisi masyarakat Samin, setiap tamu yang datang selalu dijamu dengan makanan terbaik. Ini bukan sekadar bentuk keramahan, melainkan simbol penghormatan dan persaudaraan.
“Semangat memberi makan kepada orang lain sudah menjadi bagian dari budaya kita jauh sebelum ada program pemerintah. Tentu bukan hanya formalitas tapi memberikan menu terbaik. Seperti inilah yang perlu diangkat dalam promosi MBG agar masyarakat merasa bahwa program ini lahir dari akar budayanya sendiri,” kata Edy.
Menurut Edy, Kabupaten Blora memiliki potensi besar untuk menjadi contoh nasional pelaksanaan MBG yang melibatkan masyarakat secara aktif. Wilayah ini memiliki banyak komunitas petani dan peternak. Termasuk para pengikut komunitas masyarakat Sedulur Sikep yang mengelola berbagai komoditas seperti padi, sapi, lele, melon, dan sayuran.
Edy menilai keterlibatan masyarakat dalam penyediaan bahan baku untuk dapur-dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) tidak hanya akan memperkuat ketahanan pangan lokal, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan.
“Dari 73 dapur SPPG yang ada di Blora, potensi perputaran uangnya bisa mencapai sekitar Rp 525 miliar per tahun. Jika seluruh kebutuhan bahan bakunya dipasok dari petani dan peternak lokal, maka manfaat ekonomi program ini akan langsung dirasakan masyarakat,” tuturnya.

