Mobil listrik asal Tiongkok, Build Your Dream atau BYD untuk pertama kalinya membukukan pendapatan lebih tinggi daripada Tesla.
Prestasi yang dikukuhkan perusahaan bermarkas di Shenzen, ini terjadi di negara asalnya Tirai Bambu, dimana pada kuartal tiga antara Juli-Agustus-September 2024, berhasil mendapatkan penghasilan hingga lebih dari 200 miliar Yuan atau US$28,2 miliar .
Jumlah pendapatan ini diklaim mengalami kenaikan hingga 24 persen dibandingkan periode sama pada tahun lalu.Â
Baca juga:Â Dekat dengan Indonesia, BYD Denza D9 Setir Kanan Meluncur di Thailand
Angka yang didapat BYD ini sekaligus mengalahkan pendapatan Tesla yang tercatat USDÂ 25,2 miliar selama kuartal tiga tahun 2024.Â
Diketahui, selama Januari-Oktober 2024 sudah menjual 3.236.927 unit mobil elektrifikasi atau naik 36 persen dari periode sama di tahun 2023. Jumlah tersebut mungkin saja bisa meningkat lagii, mengingat target penjualan BYD di tahun 2024 bisa memasarkan 3,6 juta unit.
Baca juga:Â BYD Investasi Lagi Sebesar Rp11,7 triliun di Indonesia, Buat Produksi Mobil Hybrid?
Ini Faktor yang Bisa Saingi Tesla Di China
Meski BYD sanggup melebihi Tesla dalam hal pendapatan di kuartal tiga. Namun ternyata, keberhasilan BYD tidak hanya karena mobil listrik murni.
Ya, meski BYD dikenal sebagai produsen mobil listrik, namun secara penjualan, tidak sekedar melego mobil full elektrik sepenuhnya. BYD juga menjual mobil Plug In Hybrid Electric Vehicle (PHEV) yang secara data internal justru lebih tinggi dari listrik.
Baca juga:Â Selisih Rp50 Juta, Perbedaan BYD Atto 3 Advance dan Superior Cukup Banyak
Lihat saja pada Oktober 2024, penjualan mobil listrik penumpang dari BYD di China mencapai 189.614 unit angka ini turun 1,6 persen dari September 2024. Sedangkan penjualan mobil PHEV penumpang BYD justru lebih tinggi yaitu 310.912 unit, atau naik 2,1 persen dari September 2024.Â
Bagi BYD, sejak Februari 2024, penjualan PHEV memberikan nilai positif, dan selalu menyumbangkan pangsa pasar lebih besar kepada perusahaan.Â
Selain dibantu mobil PHEV, peningkatan penjualan merek ini, tak lepas dari campur tangan pemerintah China. Pasalnya, pemerintah sangat mendorong konsumen untuk membeli  kendaraan listrik dalam negeri, melalui pemberian subsidi.
Dengan adanya subsidi, hal ini diharapkan agar konsumen bisa mengganti mobil bertenaga bensin, menjadi listrik atau hybrid.
Beberapa mobil hybrid atau PHEV yang dimiliki, diantaranya:
- Destroyer 05
- Han DM
- Qin L DM-i
- Qin Plus DM-i
- Seal 06 DM-i
- Seal 07 DM-i
- Frigate 07
- Sealion 05 DM-i
- Song L DM-i
- Song Plus/ Seal U/ Sealion 6 DM-i
- Song Pro DM-i
- Tang DM
- Song MaxÂ
- Xia
- Shark/ Shark 6
Tantangan BYD
Meski di dalam negeri tumbuh subur, pabrikan ini rupanya punya tantangan sendiri di luar negeri, khususnya di negara barat, seperti Eropa dan juga Amerika Serikat
Diketahui, Uni Eropa baru saja menaikan tarif impor kendaraan listrik hingga 45,3 persen, khususnya buatan China. Bahkan sejumlah produsen kendaraan listrik dari negeri Tiongkok harus menghadapi pajak hingga 100 persen di pasar Amerika Serikat dan Kanada.
Tingginya tarif pajak yang dialami pabrikan  China, karena adanya dugaan ketidakadilan  terhadap industri otomotif.
Ada beberapa alasan mengapa China semakin moncer dalam industri otomotif. Hal ini dikarenakan China memanfaatkan keahlian mereka untuk menciptakan berbagai produk berteknologi tinggi untuk menghidupkan Kembali ekonomi yang lesu.Â
Melihat momentum tersebut, maka China menawarkan berbagai produknya ke pasar Uni Eropa yang dianggap memiliki pasar terbesar bagi industri mobil listrik.
Selain itu, di dunia otomotif, industri mobil di China mengalami perkembangan pesat selama dua dekade terakhir. Satu diantaranya berkat BYD yang juga masuk ke Indonesia.Â
Keberadaan mobil-mobil listrik termasuk BYD, dianggap memicu ketakutan dari negara-negara Eropa, yang dianggap tidak mampu bersaing dengan China, khususnya mengenai harga yang lebih murah.Â