Liputan6.com, Jakarta – Kasus dugaan pelecehan seksual yang menyeret Rektor Universitas Pancasila berinisial ETH menjadi sorotan masyarakat luas, tak terkecuali pihak Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila (YPPUP).
Hal itu diungkapkan Sekretaris Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila Yoga Satrio.
Dia bercerita, dugaan pelecehan seksual yang menyeret ETH menjadi viral setelah adanya pemeriksaan saksi di Polda Metro Jaya pada Jumat, 23 Februari 2024 lalu. Yoga memastikan, pihak yayasan tidak tinggal diam terkait kasus ini.
“Yayasan itu rapat mulai hari Sabtu, kemudian Minggu di rumah Pak Agum Gumelar. Kemudian hari Senin kemarin di kantor Pak Siswono. Kemudian ada informasi dari Pak Siswono, beliau di-WhatsApp oleh Dirjen Dikti agar masalah ini diselesaikan,” ujar Yoga dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (27/2/2024).
Dia menerangkan, pihak yayasan sangat prihatin atas terjadinya kasus dugaan pelecehan seksual ini, sebab Universitas Pancasila termasuk perguruan tinggi yang unggul.
“Dan hampir 70 persen prodi-prodi juga unggul. Sangat disayangkan kalau dengan akreditasi sedemikian baik ada masalah,” ujarnya.
Jelang Masa Pergantian Rektor
Lebih lanjut, Yoga menerangkan bahwa masa jabatan ETH sebagai rektor sebenarnya akan berakhir pada 14 Maret 2024 mendatang.
Namun begitu, dengan pertimbangan suasana yang seperti ini dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, maka pihak yayasan menggelar Rapat Pleno Yayasan pada hari Senin, 26 Februari 2024 dan memutuskan menonaktifkan ETH dari jabatan rektor.
“Rapat Senin memutuskan dinonaktifkan sampe 14 Maret berakhirnya masa bakti kemudian menunjuk Purek 1 diangkat PLT rektor,” ujar dia.
Sementara itu, hingga kini sudah ada delapan orang kandidat bakal calon Rektor Universitas Pancasila. Pihak yayasan berharap, pada Maret nanti sudah muncul rektor baru.
“Tunggu sampai 1 Maret kemudian kita proses, InsyaAllah setelah lebaran ada rektor baru,” ujar Yoga menandaskan.