Menurut Liputan6.com, seseorang yang mengikuti budaya hustle cenderung rentan mengalami burnout karena mereka tidak mengenal batasan pada diri dan mengabaikan tanda bahaya yang diberikan oleh tubuhnya. Joe Ryle, Direktur dari 4 Day Week Campaign, menjelaskan bahwa hustle culture terjadi ketika seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja tanpa memberikan waktu untuk hal-hal lain seperti hobi, self-care, waktu bersama keluarga, dan bersosialisasi.
Psikolog Samanta Elsener menambahkan bahwa perilaku akibat hustle culture dapat mencakup meninggalkan tanggung jawab, mudah marah, dan cenderung overthinking. Overthinking dapat membuat seseorang khawatir berlebihan sehingga menyebabkan mereka mengambil keputusan yang merugikan diri sendiri. Jika perilaku negatif ini tidak dikombinasikan dengan emosi positif dan validasi terhadap perasaan yang dirasakan, dapat menyebabkan seseorang menjadi mati rasa dan rentan terhadap masalah kesehatan mental dan fisik.
Dengan demikian, seseorang yang terjebak dalam budaya hustle cenderung lebih rentan mengalami burnout karena pola pikir dan perilaku yang mengabaikan kebutuhan diri dan emosi mereka.