Liputan6.com, Jakarta – Pernahkah Anda merasa seperti pernah mengalami sesuatu di masa lalu, meskipun Anda yakin itu adalah pengalaman pertama kali? Fenomena ini dikenal sebagai déjà vu, dan telah membingungkan manusia selama berabad-abad.
Déjà vu, yang berasal dari bahasa Perancis yang berarti “sudah pernah dilihat”, sering digambarkan sebagai perasaan familiar yang kuat dan tidak dapat dijelaskan terhadap situasi yang seharusnya baru.
“Déjà vu terjadi karena otak menggunakan ‘proses cepat’ dari sensasi dan ingatan langsung, maupun ‘proses lambat’ untuk mengintegrasikan kenangan masa lalu dan pengalaman saat ini,” kata James Giordano Ph.D., profesor neurologi di Pusat Medis Universitas Georgetown, Amerika Serikat.
“Proses-proses ini melibatkan sejumlah jaringan otak, termasuk wilayah korteks sensorik yang berfungsi dalam penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dll.; jaringan hipokampus dan lobus temporal yang berfungsi dalam ingatan; dan area-area sistem limbik dan korteks prefrontal yang berfungsi dalam pengambilan keputusan.”
Mengkoordinasikan jaringan-jaringan ini bisa rumit, dan terkadang mereka tidak sinkron dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan perasaan déjà vu, di mana Anda merasa seolah-olah Anda sudah pernah memiliki percakapan atau pengalaman yang sama sebelumnya, meskipun itu benar-benar baru.
Dilansir dari Bustle, berikut 7 alasan Anda mengalami déjà vu.
1. Otak yang Sedang Tidak Sinkron
Menurut Giordano, déjà vu terjadi ketika dua jalur memori di otak tidak sinkron.
Jalur “cepat” merespons dengan kuat terhadap stimulus baru, sementara jalur “lambat” membutuhkan waktu beberapa fraksi detik lebih lama untuk memprosesnya. Ketidakcocokan waktu ini menyebabkan kebingungan pada otak, sehingga terasa seperti apa yang kita alami saat ini sudah pernah terjadi sebelumnya.
Giordano menjelaskan, “Jaringan lobus temporal dan korteks frontal menafsirkan ketidakcocokan ini sebagai ingatan yang sedang berlangsung dalam waktu nyata, sehingga terasa seolah-olah kita ‘mengalami kembali’ sesuatu yang sebenarnya baru.”
Sebuah studi tahun 2013 dalam Frontiers in Psychology mendukung penjelasan ini, menunjukkan bahwa déjà vu muncul dari konflik ingatan di otak. Otak berusaha mencari tahu mana yang merupakan ingatan nyata dan mana yang bukan, sehingga menimbulkan perasaan déjà vu.