Liputan6.com, Jakarta Program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) merupakan salah satu cara bagi pasangan untuk memiliki anak bagi yang sulit hamil secara alami. Bayi tabung adalah salah satu cara mendapatkan kehamilan pada pasangan dengan gangguan kesuburan yang mempertemukan sperma dan sel telur di luar tubuh manusia.
Beberapa tahun terakhir, makin banyak pasangan yang sulit hamil mencoba cara ini. Namun, masih banyak mitos yang beredar seputar bayi tabung atau IVF. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fertilitas dan endokrinologi reproduksi, Upik Anggraheni mengungkapkan tiga mitos seputar bayi tabung yang paling ia sering dengar dari pasien.
Mitos 1: Bayi dari Program IVF Harus Dilahirkan Caesar
Upik mengatakan ini adalah tidak benar. Tidak semua bayi yang didapatkan dari kehamilan lewat bayi tabung mesti dilahirkan secara caesar.
“Jika tidak memiliki kelainan atau masalah apapun ya boleh dilahirkan normal. Dokter akan menyampaikan ke pasian apa saja risiko selama persalinan,” kata Upik.
2. Anak Pertama Lewat Bayi Tabung, Anak Kedua Harus Bayi Tabung
Faktanya bila anak pertama didapatkan lewat IVF belum tentu anak kedua didapatkan dengan cara yang sama.
“Sekarang banyak pasangan muda yang memilih langsung bayi tabung biar cepat (hamil). Setelah melahirkan dia lupa KB, lalu dia bisa untuk hamil secara alami. Itu mungkin sekali,” kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Lalu, pasien dengan riwayat PCOS bila sudah berhasil sekali hamil, maka kehamilan selanjutnya bakal lebih mudah. Ini artinya kehamilan yang terjadi secara alami bisa terjadi.