Pertarungan Megawati versus Jokowi tidak hanya terjadi di Pilkada Jawa Tengah, Sumut, dan Bali. Di Jakarta, rivalitas keduanya sudah memanas sejak sepekan terakhir. Di Jakarta, PDIP mengusung Pramono Anung-Rano Karno. Sementara, Jokowi mendukung Ridwan Kamil-Suswono, pasangan calon yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus.
“Kalau mau jujur, sebenarnya Jakarta juga adalah pertarungan antara Jokowi dan Megawati. Karena bagaimanapun Pramono Anung itu adalah kader PDIP, dan Jokowi sudah memberikan dukungan politik kepada Ridwan Kamil,” ujar pengamat politik Adi Prayitno.
Meskipun diakui Adi, sosok Pramono tidak menonjolkan wajah PDIP dan Megawati Soekarnoputri. Namun tidak dipungkiri, Pramono adalah salah satu orang kepercayaan Megawati dan sangat penting di PDIP.
“Tentu ini sebagai upaya agar Pram dan Si Doel bisa diterima di semua kalangan. Tapi publik juga tahu, Pram ini adalah orang yang cukup penting di PDIP. Dan bahkan salah satu orang kepercayaan Megawati,” ujar Adi.
Pada saat bersamaan, lawannya adalah Ridwan Kamil, sosok yang dinilai sebagai orangnya Jokowi.
“Karena itu, ini akan menjadi moment of the truth, semacam pembuktian politik. Kira-kira siapa yang kuat mobilisasi dukungan politik, menggerakkan mesin-mesin partai, meyakinkan para pemilih Jakarta, dialah yang memenangkan pertarungan. Apakah Jokowi ataukah kekuatan politik Megawati,” tuturnya.
Bedanya, pada Pilkada Jakarta, pasangan Pramono-Rano mendapatkan dukungan politik dari Anak Abah, pendukung militan Anies Baswedan pada Pilpres 2024 lalu. Dukungan dari Anak Abah dinilai akan menjadi sumbangan elektoral bagi Pramono-Rano. “Dan Anies secara eksplisit memberikan dukungan kepada kubu nomor 3,” ujar Adi.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai Pilkada Jakarta 2024 bukan hanya memunculkan Megawati dan Jokowi sebagai sosok king maker. Ada juga Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Jamil menjelaskan, di Jakarta misalnya, dari hasil survei Litbang Kompas, elektabilitas Pramono-Rano 38,3 persen. Sementara elektabilitas RK-Suswono 34,6 persen. Artinya, perbedaan elektabilitas dua paslon tersebut tidak signifikan.
Menariknya, lanjut Jamil, yang belum menentukan pilihan masih 23,8 persen. Jumlah ini sangat besar, sehingga berpeluang memenangkan paslon baik yang didukung Megawati dan Anies maupun Jokowi dan Prabowo.
“Jadi, king maker, baik Megawati dan Anies maupun Jokowi dan Prabowo berpeluang mempengaruhi pemilih yang belum menentukan pilihan. Mereka yang belum menentukan pilihan pada umumnya pemilih rasional dan terdidik,” kata Jamil.
“Pertarungan mempengaruhi pemilih rasional dan terdidik justru akan terjadi antara Anies dan Prabowo. Dua sosok ini lebih diterima, sehingga lebih dapat mempengaruhi kelompok pemilih rasional dan terdidik,” tambahnya.
Baca juga Jokowi: Kenapa Saya Mendukung Ridwan Kamil? Karena Rekam Jejak