More
    HomeKesehatanKolaborasi Indonesia, Inggris, dan UNFPA Tekan Angka Kematian Ibu dengan Bidan sebagai...

    Kolaborasi Indonesia, Inggris, dan UNFPA Tekan Angka Kematian Ibu dengan Bidan sebagai Garda Terdepan,

    Liputan6.com, Jakarta Setiap satu jam, satu perempuan di Indonesia kehilangan nyawa akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau pascapersalinan. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi tantangan besar, dengan 189 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (Sensus Penduduk Long Form, 2020).

    Untuk menekan angka ini, Pemerintah Inggris dan UNFPA, bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan serta para pemangku kepentingan kebidanan, meluncurkan proyek ‘Midwifery Capacity Advancement for Equitable Sexual and Reproductive Health and Reproductive Rights (MARCH)’ pada 10 Maret 2025 di Jakarta.

    MARCH hadir sebagai upaya untuk memperkuat peran bidan dalam memberikan layanan kesehatan maternal berkualitas. Bidan merupakan tulang punggung sistem kesehatan ibu di Indonesia, dengan lebih dari 351.673 bidan terdaftar yang melayani mayoritas pemeriksaan antenatal (74%), persalinan (61%), serta layanan keluarga berencana (lebih dari 50%). Namun, untuk memastikan layanan berkualitas tinggi berbasis bukti, diperlukan peningkatan kapasitas tenaga kebidanan secara berkelanjutan.

    Tingkatkan Kompetensi Bidan

    Sebagai bagian dari peluncuran MARCH, digelar Program Pelatihan Pengembangan Fakultas yang diikuti oleh 48 dosen kebidanan dari berbagai institusi pendidikan di Indonesia. Program ini membekali mereka dengan keterampilan untuk mengajarkan kurikulum berbasis kompetensi yang sesuai dengan standar internasional. Kementerian Kesehatan dan UNFPA menargetkan perluasan pelatihan ini ke 37 politeknik kesehatan yang memiliki program studi kebidanan di bawah naungan Kementerian Kesehatan.

    Mitra Kadarsih dari Indonesian College of Midwifery (ICoM) menyoroti tantangan yang dihadapi dalam pendidikan kebidanan di Indonesia.

    “Melalui pelatihan ini, kami merefleksikan dan mengidentifikasi beberapa kesenjangan, seperti rasio antara mahasiswa dan dosen, standarisasi calon mahasiswa, serta kesempatan pengembangan kapasitas bagi dosen. Kami berkomitmen untuk bekerja sama dalam mengatasi tantangan ini. Kami berharap ini dapat membantu kami menjadi lebih percaya diri dan mampu meneruskan serta menjaga kualitas pendidikan kebidanan,” ujarnya.

     

    Source link

    berita