Dalam era media sosial yang terkoneksi, gejala terus menerus memeriksa Instagram untuk melihat likes, komentar, dan views story semakin umum. Validasi sosial menjadi kebutuhan dalam dunia digital ini, di mana media sosial tidak hanya alat komunikasi, tetapi juga ruang konsumsi emosional. Instagram, sebagai contohnya, membentuk pola pikir dan perilaku penggunanya. Fenomena craving digital menunjukkan kebutuhan mendesak untuk mendapatkan perhatian melalui interaksi atau stimulus digital. Validasi seperti likes, komentar, followers, dan notifikasi dapat mempengaruhi suasana hati dan harga diri seseorang. Bahkan dari sudut pandang psikologi klasik, perilaku penikmat media sosial tercermin dalam struktur psikis manusia menurut Freud. Id, ego, dan superego mencerminkan dorongan naluriah, pengaturan realitas, dan kebutuhan akan kesempurnaan.
Craving validation tidak hanya berdampak secara biologis melainkan juga psikologis. Isolasi sosial, ketidakpastian ekonomi global, dan lonjakan penggunaan media sosial selama pandemi COVID-19 semakin memperparah krisis kesehatan mental global. World Health Organization melaporkan peningkatan gangguan mental di seluruh dunia. Algoritma media sosial sengaja dirancang untuk menarik perhatian pengguna, menciptakan ekonomi perhatian di mana waktu dan fokus pengguna menjadi produk. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengakibatkan stres, depresi, gangguan tidur, dan krisis identitas.
Pentingnya kesadaran individu terhadap perilaku digitalnya sendiri mendorong langkah-langkah seperti Digital Detox, pengaturan waktu konsumsi media sosial, serta pemilihan akun yang diikuti. Pemahaman tentang dampak media sosial terhadap otak dan emosi, serta literasi digital yang tinggi diperlukan untuk menavigasi dunia digital dengan bijak. Pelaku industri teknologi perlu memahami bahwa konten yang menarik bukanlah segalanya, tetapi juga bagaimana menciptakan pengalaman digital yang mendukung kesejahteraan psikologis pengguna. Dengan kesadaran mengenai craving digital, kita dapat menjadikan media sosial sebagai ruang yang sehat dan bermakna.