Pada bulan Ramadan, pola belanja masyarakat cenderung meningkat, menyebabkan naiknya harga-harga kebutuhan seiring dengan permintaan pasar yang tinggi. Hal ini dapat menimbulkan inflasi yang signifikan jika tidak terkendali. Namun, inflasi yang terkendali dianggap positif karena dapat meningkatkan daya beli masyarakat, meningkatkan stabilitas harga, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang rendah atau stabil menunjukkan keadaan ekonomi yang baik bagi suatu negara, menurut Saefulloh (2023).
Inflasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tekanan dari sisi permintaan, tekanan dari sisi penawaran, dan ekspektasi inflasi. Teori Keynesian menjelaskan bahwa inflasi terjadi akibat excess demand yang tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi yang ada. Hal ini sering terjadi saat momen-momen besar seperti bulan Ramadan, Idul Fitri, dan libur sekolah. Faktor lain yang mempengaruhi inflasi adalah naiknya biaya produksi, terutama bahan baku dan upah tenaga kerja.
Di sisi lain, deflasi merupakan kebalikan dari inflasi, yaitu penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum. Pemerintah memiliki peran penting dalam mengendalikan inflasi selama bulan Ramadan dengan menjaga ketersediaan pasokan, memantau distribusi dan stok barang, serta menindak tegas praktik penimbunan barang. Kebijakan diskon listrik juga dapat membantu mengurangi inflasi dan meningkatkan daya beli masyarakat. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk bijak dalam menghadapi fenomena inflasi selama bulan Ramadan agar dapat mengurangi dampak negatifnya.