Meski sudah tersedia berbagai obat kanker paru yang lebih efektif, deteksi dini tetap menjadi faktor penting dalam keberhasilan pengobatan.
Sayangnya, kebanyakan pasien di Indonesia baru terdiagnosis saat sudah memasuki stadium lanjut atau bahkan stadium 4.
“Banyak pasien tidak menyadari bahwa batuk berkepanjangan bisa jadi tanda awal kanker paru,” kata Pulmonologi (Paru) Subspesialis Onkologi Toraks dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Linda Masniari, SpP (K) di kesempatan yang sama.
“Apalagi jika usianya di atas 45 tahun dan memiliki riwayat merokok,” tambahnya.
Dia menekankan pentingnya pemeriksaan lanjutan bila batuk tak kunjung sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 1 bulan.
Terlebih jika disertai gejala seperti berat badan turun, sakit kepala, atau sesak napas.
Skrining kanker paru kini disarankan menggunakan metode Low Dose CT Scan (LDCT) yang mampu mendeteksi benjolan kecil (nodul) di paru-paru.
Deteksi dini menggunakan LDCT terbukti bisa menurunkan angka kematian akibat kanker paru hingga 24 persen.