Liputan6.com, Jakarta – Keberadaan hewan peliharaan seperti kucing dan anjing memang membawa banyak manfaat emosional bagi pemiliknya. Namun, di balik kebersamaan yang menghangatkan hati itu, tersembunyi ancaman yang tak bisa diabaikan: infeksi cacing parasit yang dapat menular ke manusia atau dikenal sebagai zoonosis.
Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University Prof. Yusuf Ridwan mengingatkan bahwa infeksi cacing parasit seperti Toxocara spp. dan Ancylostoma spp. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di wilayah dengan interaksi tinggi antara manusia dan hewan peliharaan.
“Keberadaan hewan kesayangan membawa manfaat emosional, namun juga risiko kesehatan, terutama terkait penularan penyakit zoonotik seperti infeksi cacing parasit,” ujar Prof. Yusuf dalam Konferensi Pers Pra-Orasi Ilmiah Guru Besar (22/5), dikutip laman ipb.ac.id.
Cacingan Tak Hanya Urusan Hewan
Menurut Prof. Yusuf, anjing dan kucing dapat menjadi host bagi cacing parasit zoonotik yang telurnya keluar melalui feses. Telur ini bisa mencemari lingkungan, kemudian tanpa disadari menginfeksi manusia dan hewan lain. Tak jarang, infeksi ini menimbulkan gejala serius pada manusia, mulai dari gangguan pencernaan hingga komplikasi organ.
Selama ini, strategi pengendalian cacingan masih bergantung pada pemberian obat cacing atau anthelmintik secara rutin. Sayangnya, pendekatan ini belum cukup untuk menghentikan siklus infeksi yang melibatkan lingkungan sebagai faktor utama.
“Pengendalian infeksi saat ini masih mengandalkan pemberian anthelmintik rutin. Namun, ini terbatas dalam mencegah reinfeksi tanpa intervensi lingkungan dan perubahan perilaku pemilik hewan,” jelas Prof. Yusuf.