Pekerja di Yogyakarta, tidak hanya mereka dengan pendapatan minimum regional (UMR) yang kesulitan membeli rumah, tapi juga yang di atas UMR mengalami kesulitan yang sama. Seorang digital marketing berusia 28 tahun, Mubarok, mengeluhkan sulitnya mengejar harga rumah di Jogja meskipun gajinya Rp 4 juta per bulan. Harga rumah yang tinggi membuat cicilan KPR terasa berat dan khawatir tidak bisa dilunasi jika terjadi PHK. Meski sulit, Mubarok tertarik dengan konsep rumah tumbuh yang menurutnya realistis untuk dibeli, dengan rencana membangun rumah secara perlahan-lahan agar dapat ditempati bersama keluarganya kelak. Pria lain, Aziz (35), berhasil memiliki rumah di Jogja meski menyadari bahwa harga rumah di sana sangat tinggi. Dalam perjalanannya, Aziz harus bekerja sana-sini untuk bisa menabung dan akhirnya membeli rumah dengan harga yang dianggap masuk akal di Ngaglik.

