Liputan6.com, Jakarta Istilah fertility preservation masih asing di sebagian masyarakat tapi dalam dunia medis hal ini sudah berjalan dan dimanfaatkan bagi yang ingin memiliki anak di masa mendatang.
Fertility preservation adalah sebuah upaya seseorang untuk mempertahankan kesuburan sehingga bisa memiliki anak di saat yang sudah siap atau dibutuhkan.
Biasanya prosedur ini dilakukan pada orang yang akan menjalani perawatan medis yang bisa menyebabkan infertilitas misalnya pasien kanker yang perlu menjalani kemoterapi seperti disampaikan dokter spesialis obstetri dan ginekologi Eka Hospital Grand Family, Victor Prana Andika Santawi.
“Umumnya tindakan ini dilakukan pada pasien kanker yang akan melakukan kemo,” kata Victor dalam temu media pekan lalu di Jakarta Selatan.
Untuk diketahui, pada beberapa kemoterapi ada yang aman bagi kandungan. Namun, pada beberapa zat terapi pada kemoterapi bisa menembus sel barrier plasenta ke dalam janin, sehingga dikhawatirkan bisa membahayakan bayi dalam kandungan.
Bisa Juga Dilakukan Pasangan yang Ingin Tunda Miliki Anak
Namun, Victor mengungkapkan sebenarnya tindakan fertility preservation ini juga bisa dilakukan pasangan yang sudah menikah tapi punya pertimbangan memiliki anak saat kondisi sudah matang. Maka bisa dilakukan tindakan embryo freezing atau pembekuan embrio.
Selain itu, pada perempuan yang belum memiliki pasangan tapi menginginkan memiliki anak saat sudah bertemu pria yang tepat maka bisa juga menjalani fertility preservation. Sehingga bakal diambil sel telur yang berkualitas yang kemudian dibekukan.
“Namun, umumnya yang masih single tidak melakukan ini, biasanya memang dilakukan pada pasien kanker,” lanjut Victor kepada rekan-rekan media.
Â