Home Kesehatan Indonesia Masuk 10 Besar Negara dengan Kanker Ovarium Tertinggi Dunia

Indonesia Masuk 10 Besar Negara dengan Kanker Ovarium Tertinggi Dunia

0

Dalam beberapa kasus, terapi target dapat diberikan setelah kemoterapi, bergantung pada hasil pemeriksaan molekuler seperti BRCA (Breast Cancer gene) atau HRD (Homologous Recombination Deficiency).

Pasien dengan status HRD-positif memiliki biomarker genetik yang menunjukkan bahwa mereka memenuhi syarat untuk menjalani maintenance therapy berbasis PARP (Poly ADP-Ribose Polymerase) inhibitor, seperti Olaparib.

Terapi ini bekerja dengan mengeksploitasi kelemahan genetik akibat HRD untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, sehingga membantu menurunkan risiko kekambuhan, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan agar mendapatkan evaluasi menyeluruh dan rekomendasi terapi yang sesuai berdasarkan kondisi masing-masing pasien.

“Menjalani perawatan yang terpersonalisasi usai menjalani operasi dan kemoterapi merupakan langkah yang tepat. Antisipasi terhadap kekambuhan memberikan peluang hidup yang lebih baik bagi pasien,” kata dr. Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia, dalam keterangan yang sama.

Dia menambahkan, penanganan kanker ovarium khususnya stadium lanjut membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif. Melalui kerja sama yang erat antara tenaga medis dan penyedia terapi lanjutan, diharapkan semakin banyak pasien yang dapat merasakan manfaat dari terapi inovatif seperti maintenance therapy.

Setiap pasien kanker ovarium berhak mendapatkan peluang terbaik untuk hidup lebih lama, dengan kualitas hidup yang lebih baik.

“Kami percaya bahwa inovasi tidak berhenti pada penemuan terapi. Komitmen kami juga mencakup peningkatan kesadaran dan perluasan akses pengobatan bagi pasien kanker ovarium,” kata Esra Erkomay, President Director AstraZeneca Indonesia.

“Edukasi mengenai pentingnya penanganan yang tepat akses terhadap pilihan perawatan merupakan langkah awal dalam membangun sistem kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasien kanker ovarium di Indonesia,” pungkasnya.

Source link

Exit mobile version