:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5369491/original/099556100_1759472423-portrait-man-near-laptop-his-hands-closing-his-face.jpg)
Menurut Steele, respons “fight or flight” yang aktif saat sedang stres membuat otot-otot di tubuh, terutama leher, bahu, punggung, dan rahang otomatis akan menegang, mempersiapkan tubuh untuk beraksi melawan tekanan.
Steele mengatakan, jika stres menjadi kronis dan bekerpanjangan, ketegangan otot yang berkelanutan ini bisa menyebabkan kekakuan otot, nyeri, dan kejang.
“Stres juga dapat mengubah postur tubuh, menyebabkan ketidakseimbangan dan ketegangan otot, dan stres kronis juga dapat memperburuk persepsi kita terhadap nyeri di area yang sudah rentang,” ujarnya.
4. Masalah Usus
Steele mengungkapkan, stres bisa menjadi salah satu penyebab munculnya gejala seperti diare dan perut kembung. Hal tersebut disebabkan oleh komunikasi dua arah antara usus dan otak – disebut sebagai sumbu usus-otak.
Artinya, peningkatan stres bisa menyebabkan perubahan usus yang dapat menyebabkan kembung, diare, sembelit, atau sakit perut.

